“PIYOH! Apaan Bro?”
Ya, kata itu sempat membuat
otak dan imajinasiku kram. Hahaha, bercanda. Tapi emang bener, sempet bingung
dengan kosa kata ini pertama kali dengar. Bayanganku justru meluncur jauh ke
karakter seekor ayam bernama PIYO, dan sempet mikir “apa Bang Hijrah jualan
anak ayam?”. Tebakanku mleset banget ternyata.
PIYOH merupakan kosa kata dalam
bahasa Aceh yang berarti mampir atau singgah. Nama ini digunakan oleh pendiri
Piyoh Design sebagai merk dagang merchandisenya yang khas bertema lokal
terutama Sabang dan sekitarnya. Jelas, konsep bagaimana mengajak untuk piyoh ke Sabang dan Aceh untuk
meramaikan pariwisata di sana, serta beli oleh2-oleh merchandise di tokonya
Bang Hijrah tentunya.
Oia, gimana aku bisa tau tentang
hal-hal tadi? Dimulai dari sebuah pelayaran kepemudaan bernama SAIL MOROTAI
2012. Singkatnya begini alurnya:
Naik kapal > berusaha kenalan
dengan banyak pemuda sekapal (hampir 500 lebih orang) > malah gak sempet
ketemu dan kenalan ama Bang Hijrah > turun kapal > gabung di grup
facebook alumni Sail Morotai > add/ngeadd dlu Bang Hijrah > saling
posting karya > dan baru mudeng kalau Bang Hijrah founder dari Piyoh Design.
Singkat? Ya sesingkat itulah
rasanya. Padahal kami berlayar dalam 1 kapal hampir 1 bulan (28 hari) dan kami
gak menyapa sama sekali.
So, ini ada sedikit gambar dari
aku mengenai PIYOH! Tentang MAMPIR ya, bukan tentang anak ayam.
Ya banyak yang tanya apa itu “menjual
Indonesia tanpa merusak dan merubahnya”. Banyak memperhatikan contoh di dunia ini
tentang konsep serupa. Salah satu yang aku perhatikan adalah dari PIYOHnya Bang
Hijrah. Selama ini kita selalu bicara mengenai kekayaan hasil bumi Indonesia,
kekayaan bahan tambang mentah Indonesia, kekayaan migas Indonesia, dan hal-hal
yang sebenarnya udah terlalu kuno untuk jadi pemasukan utama kita. Bayangin
aja, barang-barang itu adalah Sumber Daya Alam non hayati/tidak dapat
diperbarui (kurikulum mata pelajaran IPS jaman SD kelas 4 tahun 1999
*oke,ketauan umurku sekarang). Trus kalo persediaan pada abis mau gimana lagi?
Maka dari itu, bisnis berkonsep
“menjual Indonesia tanpa merusak dan merubahnya” adalah salah satu alternatif.
Kalo aku bikin alur seperti ini:
Gali potensi Indonesia >
visualisasikan dalam berbagai karya dan produk > jual ke dalam dan luar
negeri > dapat profit > rakyat jadi mandiri dan senang > ...Hiduplah
Indonesia Raya.
Alur di atas akan memberi
dampak pada munculnya pertanyaan “ya itu kan buat orang-orang yang kreatif”.
Jujur ya, sering sedih dan nangis bombay denger kata-kata kayak tadi (mengalun
lagu sendu). Kita ini terlalu menjadi makhluk-makhluk yang berjalan di jalan
yang umum, di jalan yang banyak dilalui orang, dan suka melalui jalan yang “suk-sukan”,
umpek-umpekan”,”desel-deselan” (ini adalah bahasa Jawa dari kata “berdesak-desakan”).
Masalah kreativitas itu sebuah takdir kemampuan yang dimiliki setiap orang kok.
Sumpah dah. Bayangin, sejak kecil kita selalu bisa berimajinasi jadi superman
hanya dengan melilitkan sarung/kain di leher kita. Seakan-akan kita tidak takut
dengan apapun, serasa bisa terbang, dan menjadi kuat setelah proses lilitisasi
sarung ke leher kita tadi (maaf, ada bahasa Vickynisasi di sini). Saat proses tumbuh
dewasalah kita mulai diberi batasan,diberi berbagai doktrin, dan akhirnya kita
menjadi pribadi yang jauh dari berbagai imajinasi yang bisa merangsang
kreativitas itu kembali muncul. (Mungkin perlu sedia 1 page khusus bagaimana
cara membangkitkan kreativitas kembali).
Akhir kata dari aku.
Bagaimanapun bentuknya, PIYOH telah mengajari berbagai hal dalam memotivasi
diri sendiri dalam keberhasilan, mengajari bagaimana “menjual” negeri ini
keluar tanpa rusak, mengajari “kalo bukan kita rakyat Indonesia yang memajukan
negerinya sendiri lalu siapa lagi?”, dan tentunya bagiku mengajari bahwa PIYOH
itu MAMPIR bukan nama anak ayam. Hehehe..
Tengkyu udah baca postingan
ini. Dan tetap SEMANGAT!! (Sonny Tulung style).
Tulisan ini persembahan dari kami >> https://www.facebook.com/pages/Nopan-Creative/123914384441201?ref=hl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar