Sabtu, 21 Januari 2012

Cerita Dosen:Berakhirnya Perdebatan Tentang Kapak Batu



Suatu hari waktu di laboratorium jurusanku, Arkeologi (lhoh? Emang arkeologi butuh lab? Haha.. Sorry sob, arkeologi itu ilmu disiplin ilmunya tinggi. Jangankan lab, alat selam, dan berbagai alat pengukur morfologi tanah dan batu aja butuh. Ya bersyukur sekarang alatnya udah lengkap sih di jurusan).
Dosenku sedang memperdebatkan seekor batu yang ada di meja lab. Beliau berdebat dengan seorang mahasiswanya yang emang sedang pengen tanya tentang ‘bedain kapak batu yang masih berupa bahan sama yang udah jadi’.
“Coba, kamu analisa batu ini apakah ini itu batu yang masih bahan kapak atau ini sudah kapak?” kata Dosenku itu.
“Hmm..menurut saya ini masih bahan Bu.”
“Lhoh kok bisa? Apa dasarnya?”
“Ya karena belum diapa-apain aja ini batunya.”
“Kamu ini gimana, ini jelas-jelas sudah banyak pemangkasan dan penajaman. Ini itu sudah kapak,” kata Dosenku mantap karena (mungkin) beliau termasuk yang ahli di bidang Prasejarah Indonesia.
“Tapi saya lihat itu bukan pemangkasan oleh manusia Bu.”
Perdebatan pun terus dilakukan. Saling bantah, saling cela, dan saling adu otot (yang terakhir ini cuma fiktif). Sampai-sampai suara mereka kedengeran dari luar.
Tiba-tiba dosenku yang lain datang. Dia ahlinya di bidang Geoarkeologi, ya semacam ilmu geografi tapi terapan untuk arkeologi gitu. Dia mendengarkan perdebatan itu dan merebut batu tadi dari tangan mahasiswa  dan berkata pada dosen prasejarah tadi.
“Ini itu yang pasti bahan Bu,” kata dosen geoarkeo tadi.
“Lhoh, kamu kok ikut-ikutan bilang itu bahan?”
“Ya bagaimanapun ini bahan.”
“Dasarnya apa?”
“Ini itu bahan.”
“Iya, tau. Bahan yang gimana maksudmu?”
“Ini itu BAHAN PERDEBATAN.”

WAHAHAHAHHAHAHAHAHA
Dunia terasa berhenti berputar dan semua tertawa sampai (entah) mungkin malaikat dan setan ikut.
Catatan: Dosen Geoarkeo itu emang tipe manusia yang suka humor dan tambahan bahwa dia sering menentang kuasa Tuhan. Karena pernah waktu hujan ama angin dia malah keluar dan tepuk tangan seperti ngeliat pertunjukkan di langit kampus, dia berkata “ayo, anginnya kalo berani yang lebih kenceng!”.
Dan langsung dijawab ama Tuhan, anginnya tambah kencengng ampe ranting pohon pada berjatuhan. Salah satu ranting yang sebesar tiang bendera jatuh menimpa mobil beliau.
Ingat, balasan dari Tuhan itu cepat! Ngalahin kecepatan paket JNE atau yang lain deh.
-SEKIAN-

2 komentar:

  1. yang terus kejatuhan tiang bendera itu beneran??

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Salah satu ranting yang sebesar tiang bendera jatuh menimpa mobil beliau." bukan tiang bendera..iya,benar..

      Hapus